Tuesday, May 17, 2016

Profil Dan Sejarah Kota Gunung Sitoli

7:14 AM

Profil

Nama Resmi:Kota Gunung Sitoli
Ibukota:Gunung Sitoli
Provinsi :Sumatera Utara
Batas Wilayah:Utara :  Kecamatan Sitolu Ori (Kabupaten Nias Utara)
Selatan : Kecamatan Gido dan Hiliserangkai (Kabupaten Nias) 
Barat : Kecamatan Alasa Talumuzoi dan Namohalu Esiwa (Kabupaten Nias Utara) , serta Hiliduho (Kabupaten Nias) .
Timur : Samudera Indonesia 
Luas Wilayah:280,78 km2
Jumlah Penduduk:137.104 Jiwa 
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 6, Kelurahan : 3, Desa :98
Website:
http://www.-.go.id


(Permendagri No.39 Tahun 2015)

Sejarah Gunungsitoli merupakan kota tertua dan terbesar yang ada di Kepulauan Nias. Setelah ditingkatkan statusnya dari Kecamatan menjadi kota otonom, popularitas kota yang dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 47 Tahun 2008 ini semakin melejit. Tak hanya pada tataran lokal atau regional. Bahkan, di tingkat internasional, Kota Gunungsitoli banyak menjadi bahasan diskusi. Tanggal 25 Mei 2009, Kota Gungsitoli resmi dinakhodai Drs. Martinus Lase, MSP, sebagai Penjabat Wali Kota. Dia dilantik Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di Jakarta bersama dua daerah otonom baru lainnya di Kepulauan Nias yakni, Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias Barat. Sejak saat itu pula, perlahan namun pasti, geliat Kota Gunungsitoli sebagai pintu gerbang Kepulauan Nias semakin dirasakan. Ibaratnya, ada idealisme dan semangat baru menuju arah kemajuan. Berdasarkan catatan sejarah, Gunungsitoli atau sering disebut Luaha sudah dikenal dan dikunjungi sejak abad ke 18. Posisi kota Luaha ini terletak pada muara sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Pada saat itu ada tiga marga dominan yang menghuni kota Luaha, yaitu Harefa, Zebua, dan Telaumbanua atau lebih dikenal dengan sitolu tua. Belum diketahui secara pasti asal muasal penamaan Gunungsitoli. Tapi referensi yang saya temukan dari sebuah buku yang ditulis seorang pastor yang mendirikan Museum Pusaka Nias (saya lupa judulnya) disebutkan nama Gunungsitoli diberikan oleh para pedagang yang berasal dari Indocina daratan Asia. Kelak, para pedagang inilah yang disebut-sebut nenek moyang orang Nias. Merujuk secara harfiah, jelas kata Gunungsitoli berasal dari kata Gunung dan kata Sitoli. Gunung berarti tanah yang tinggi (berbukit) dan Sitoli berasal dari nama orang yang berdiam di bukit dekat rumah sakit (daerah Onozitoli sekarang). Kota Gunungsitoli Masa Kini Setelah resmi menjadi kota otonom, Gunungsitoli yang dipimpin putra daerah yang juga pejabat karir Provinsi Sumatera Utara Drs. Martinus Lase, MSP, memiliki jumlah penduduk 125.495 jiwa dengan luas wilayah 469,36 km persegi. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sitolu Ori, Kabupaten Nias Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gido dan Kecamatan Hili Serangkai, Kabupaten Nias. Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hiliduho, Kecamatan Alasa Talumuzoi, dan Kecamatan Namohalu Esiwa. Sementara sebelah Timur berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Terdapat 6 Kecamatan, antara lain Gunung Sitoli dengan 31 desa, Gunung Sitoli Alo’oa, 10 desa, Gunung Sitoli Barat, 9 desa, Gunung Sitoli Idanoi, 26 desa, Gunung Sitoli Selatan, 15 desa, dan Gunung Sitoli Utara, 10 desa. Karena baru dimekarkan dan pemerintahan baru ada sejak Penjabat Wali Kota dilantik, jangan heran masih ada status desa di Kota Gunungsitoli. Nantinya, secara bertahap statusnya diusulkan jadi Kelurahan. Saat ini baru ada 3 Kelurahan. Kelahiran Kota Gunungsitoli tak lain adalah demi memacu kemajuan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Kepulauan Nias pada khususnya. Diresmikan sesuai UU No 47 tahun 2008, pembentukan Kota Gunungsitoli di wilayah Provinsi Sumatera Utara, barulah berumur dalam hitungan bulan. Namun dengan penuh semangat, kota ini langsung melakukan gebrakan memutar roda pembangunan dan pemerintahan. Dan, sebagai landasan bertindak sekaligus pedoman melakukan berbagai program, telah ditetapkan sebuah visi yakni, ‘’Gunungsitoli Kota SAMAERI’’. Dalam bahasa Nias, ini bermakna sebagai seorang ibu yang senantiasa mengayomi, memelihara, menuntun, tidak membiarkan anaknya terlantar apalagi sampai kelaparan. Bahkan secara terus menerus selalu siap mengawal perjalanan kehidupan anaknya menuju masa depan yang gilang-gemilang. Berangkat dari pemahaman itulah, maka kata ‘’samaeri’’ diberi nafas guna membumikan dalam melakukan misi pemerintahan dan pembangunan Kota Gunungsitoli dengan uraian sebagai berikut: SA = Satukan langkah dan tekad, MA = Mandiri, E = Ekonomi kerakyatan, RI = Beriman. Dengan demikian visi SAMAERI akan dilaksanakan melalui perumusan misi yaitu ‘’SAtukan langkah dan tekad mewujudkan kota Mandiri yang berbudaya, sejahtera dan berwawasan lingkungan, dengan penguatan program Ekonomi, pendidikan, kesehatan, pariwisata dengan dukungan masyarakat beRIman, yang takut akan Tuhan sehingga memperoleh curahan berkat berkelimpahan yang dapat dinikmati secara bersama-sama.’’

0 komentar